Jumat, 13 Februari 2009

Dia.

Duduk bersila ia mendengar cerita dengan tekun. Memperhatikan mimik wajah, gerak tangan dan bahasa tubuh. Menyimak dan merekam pilihan kata dan nada suara. Mengamati garis-garis keras wajah, menikmati seutuhnya.

Rasanya pernah seperti ini. Duduk seperti ini, di tempat seperti ini, dengan sosok seperti dia. Tidak cukup terganggu untuk dapat mengingat masa lalu apa yang tanpa sadar terbawa ke saat ini, ia tetap diam dan tersenyum sesekali. Menikmati garis wajahnya, menikmati seutuhnya.

Belum lama mengenal, cukup banyak terucap. Ia menyebutnya 'Kakak', satu sebutan yang dapat menyelamatkannya dari rasa dan pikir yang dapat melukai. Kagum memang, tapi cukup sebatas itu. Tidak lebih. Kata tentang reinkarnasi dan perjuangan akan isu sosial tertentu cukup berat baginya - tapi itu lagu. Untuk pertama kalinya, ia tidak keberatan mendengar pembicaraan berat yang panjang seperti itu. Lagu. Itu lagu baginya.

Menatapnya meraih dan menyapukan kuas, memandangi goretan warna dan berada di dekatnya - lebih dari yang ia harapkan. Rasa itu pun demikian. Ia takut dan tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ada yang berbeda. Ada sesuatu yang berbeda. Bahagia - dan sakit. Cantik - dan luka. Terlalu takut berharap. Terlalu takut merindukan tawa itu, suara itu. Terlalu takut mencintai - dia.

Tidak ada komentar:


Krisan Putih

Krisan Putih
iniiii.......diaaa........heuehueuehe...