Minggu, 18 Januari 2009

In Heart and Mind of Love #1

Hey Mr. Curiosity
Is it true what they've been saying about you
Well are you killing me
You took care of the cat already
And for those who think it's heavy
Is it the truth
Or is it only gossip
Call it mystery or anything
Oh just as long as you call me
I sent the message on did you get it when I left it
Said well this catastrophic event
It wasn't meant to mean no harm
But to think there's nothing wrong is a problem, oh

I'm looking for love this time
Sounding hopeful but it's making me cry…

Mr. Curiosity – Jason Mraz


Lagu ini – dan Bella Luna – yang paling sering kudengarkan dalam beberapa hari terakhir. Doesn’t it seem like there’s one certain person behind what I feel toward these songs? In fact, no. There isn’t anyone. Mengingatkanku akan seseorang memang, tapi ternyata tak cukup kuat untuk membuatku membeku sebagaimana dulu.

I did miss him. Much. But that was all I can do, everything I could give. Sekarang saat hidup berubah ekstrim dalam waktu singkat, aku bahkan mencari rasa yang dulu. Merindukan rinduku dulu. Bertanya-tanya apakah betul telah pergi. Memancingnya dengan kenangan; membaca semua tulisan dan puisi darinya, mendengarkan lagu yang ia sukai, mengumpulkan serpih sosoknya di kedua titik mataku. I came up to nothing.

Dalam hampir satu bulan, waktu dan keadaan bermurah hati mempercepat laju hidupku – dalam pengambilan keputusan, penentuan prioritas, dan banyak hal lain yang menyertai. Aku tidak pernah benar-benar siap untuk ketiba-tibaan seperti ini, tapi aku harus. Mulai dari melepaskan satu demi satu keseharianku hingga menebas kenangan. Ada saat-saat aku mencari-carinya di sini, di hati. Saat aku kembali ke kamarku pada malam hari, menghempaskan tubuh ke atas tumpukan bantal dan menatap langit-langit. Atau saat aku menikmati coklat panasku di pagi hari sambil menatap kosong jauh melewati balkon kamarku. Still, I came up to nothing.

Lalu ada sosok lain, datang tepat pada pergantian tahun. Di balik seluruh rasa nyaman dan senang saat bersamanya, aku tidak dapat menghapus takut dan amarah akan lelaki. Di balik semua peluk dan cium, aku tidak dapat menghilangkan luka kotorku. Hampir tiga minggu berlalu, ia mulai berubah. Aku selalu mencintai bongkahan es batu dalam minuman dinginku, tapi tidak seperti ini – bukan sosok hidup yang membeku.

Aku tidak ingin menangis lagi karena satu lelaki – sosok yang kutahu akan segera pergi tepat pada saat ia datang. Aku tidak ingin mengais lagi untuk sesuatu yang tak akan pernah pasti. Aku tidak ingin menghabiskan tenagaku untuk mengasihi sosok yang kutahu tidak akan mengasihiku. Aku tidak mau terluka lagi, aku tidak mau menyakiti diriku lagi untuk mengaburkan pedihku.

Jadi dengan semua kisah yang kupunya, dengan begitu banyak warna yang ada, I would try my best to keep my nothingness – in heart and mind of love.

Krisan Putih

Krisan Putih
iniiii.......diaaa........heuehueuehe...