Senin, 04 Agustus 2008

perempuan bertudung kelam

Pekik penuh tanya berteriak kejam di telingaku
Pekik tanya ‘mengapa’ dan berjuta ‘mengapa’
Tangis, perih, aku letih...
Aku – perempuan bertudung kelam
Berjalan menunduk menentang alam
Entah hujan ataukah air mata yang membasahi wajahku
Dalam berjalan mengikuti bayangan

Bayangan-bayangan-dan bayangan
Aku berjalan mengikuti bayangku... yang menyusul bayangmu
Tangis, perih, aku letih...
Aku – perempuan bertudung kelam
Menyusuri jalan demi jalan menentang cahaya
Menatap setiap jendela seakan membingkai wajahmu
Entah hujan ataukah air mata yang membasahi wajahku
Dalam berjalan mengikuti rinduku

Rindu, aku rindu...
Entah sampai kapan melangkah meraih titik samar
Membawamu serta dalam hati kecilku
Mencoba melepas dalam tiap tetes peluhku
Aku – perempuan bertudung kelam
Berharap waktu bermurah hati
Akhiri masa berujung luka
Entah hujan – ataukah air mata – ataukah hujan dan air mata
Menemani hari sepi dalam tawaku
Aku menangis dalam diam
Menelan perih dalam malam-malamku

Pagi datang dan berganti
Menit berlalu hingga hari yang baru
Hanya ada kau – dan selalu kau
Aku – perempuan bertudung kelam
Menanti satu waktu dan sedetik adalah harapku
Untuk menatap matamu dan melihatku di sana...

Tidak ada komentar:


Krisan Putih

Krisan Putih
iniiii.......diaaa........heuehueuehe...